Beranda | Artikel
Pengertian Puasa Hukum dan Keutamaannya
Selasa, 18 Juli 2023

PENGERTIAN PUASA, HUKUM DAN KEUTAMAANNYA

KITAB PUASA
Meliputi hal-hal berikut ini:

  1. Pengertian puasa, hukum, dan keutamaannya.
  2. Hukum-hukum puasa.
  3. Sunnah-sunnah puasa.
  4. Yang wajib, sunah, boleh, dan makruh bagi yang berpuasa.
  5. Puasa sunnah.
  6. I’tikaf.

1. Pengertian puasa, hukum, dan keutamaannya
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan menjalankan beberapa ibadah untuk menguji hamba, apakah ia mengikuti hawa nafsunya atau menjunjung perintah Rabb-nya. Dia Subhanahu wa Ta’ala menjadikan perkara agama terbagi pada hal-hal yang bersifat menahan diri dari yang disukai seperti puasa, sesungguhnya ia adalah menahan diri dari yang disukai berupa makanan, minuman, jima’ karena mengharap wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala

Dan termasuk di antara perkara agama adalah memberikan yang disukai seperti zakat dan sedekah, dan hal itu adalah memberikan yang disenangi yaitu harta karena mengharap ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Terkadang mudah bagi seseorang memberikan seribu riyal akan tetapi sulit baginya untuk berpuasa walau sehari, atau sebaliknya. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala membuat beberapa jenis ibadah untuk menguji hamba.

Kebaikan hati.
Kebaikan hati dan istiqamahnya adalah dengan menghadapnya secara total kepada Rabb-nya Subhanahu wa Ta’ala dan suka dengan-Nya Subhanahu wa Ta’ala. Karena berlebihan dalam makanan, minuman, pembicaraan, tidur, dan pergaulan dengan manusia termasuk yang memutuskannya dari Rabb-nya Subhanahu wa Ta’ala, menambahnya tidak teratur, dan mencerai-beraikannya di setiap jurang, kasih sayang Yang Maha Perkasa lagi Penyayang kepada hamba-Nya menuntut untuk mensyari’atkan puasa kepada mereka yang menghilangkan yang berlebihan dari makanan dan minuman, dan mengosongkan dari hati campuran syahwat yang menghalangi jalannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala .

Dan Dia Subhanahu wa Ta’ala mensyari’atkan i’tikaf kepada mereka yang tujuannya adalah berhentinya hati kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bergabungnya kepada-Nya, berkhalwah dengan-Nya, memutuskan diri dari selain-Nya. Dan Dia Subhanahu wa Ta’ala mensyari’atkan kepada umat menahan lisan dari segala sesuatu yang tidak berguna di akhirat. Dan mensyari’atkan bagi mereka shalat malam hari yang bermanfaat kepada hati dan badan.

Puasa: adalah menahan diri dari makan, minum, jima’ dan segala yang membatalkan mulai dari terbit fajar kedua hingga tenggelam matahari dengan niat puasa karena beribadah (mendekatkan diri) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala .

Hikmah disyari’atkannya puasa:

  1. Puasa adalah wasilah (sarana) untuk bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan melakukan kewajiban dan meninggalkan yang diharamkan.
  2. Puasa membiasakan manusia menahan jiwa dan mengekang hawa nafsunya, dan latihan memikul tanggung jawab dan sabar terhadap kesulitan.
  3. Puasa membuat seorang muslim dapat merasakan penderitaan saudara-saudaranya, lalu hal itu mendorongnya berinfak dan berbuat baik kepada fakir miskin, maka dengan hal itu terwujudlah cinta kasih dan persaudaraan.
  4. Dengan puasa dapat membersihkan diri dan mensucikannya dari akhlak yang kotor dan campuran yang hina. Dan saat berpuasa merupakan waktu istirahat bagi pencernaan, lambung beristirahat, lalu saat berbuka mengembalikan aktivitas dan kekuatannya.

Puasa Ramadhan adalah salah satu rukun Islam, Allah Subhanahu wa Ta’ala menisbatkan kepada-Nya sebagai kemuliaan dan pengagungan. Dia Subhanahu wa Ta’ala mewajibkannya pada tahun kedua Hijriyah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa Ramadhan selama sembilan kali.

Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling utama, dan sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan lebih utama dari pada sepuluh malam Bulan Dzulhijjah, karena didalamnya terdapat lailatul qadar. dan sepuluh hari Dzulhijjah lebih utama dari pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan. Hari Jum’ah adalah hari paling utama dalam seminggu, dan hari berkurban (10 Dzulhijjah) adalah hari paling utama dalam setahun, dan lailatul Qadar adalah malam paling utama dalam setahun.

Hukum Puasa Ramadhan.
Puasa Ramadhan hukumnya wajib atas setiap muslim, baligh, berakal, mampu berpuasa, muqim (tidak bepergian), laki-laki atau perempuan, tidak ada penghalang seperti haid dan nifas, dan ini khusus bagi perempuan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan berpuasa kepada umat ini, sebagaimana Dia Subhanahu wa Ta’ala mewajibkannya kepada umat-umat sebelumnya. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ [البقرة: ١٨٣] 

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. [Al-Baqarah/2 :183]

Keutamaan Bulan Ramadhan:
1. Allah Ta’ala berfirman.

إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ ١ وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ ٢ لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَيۡرٞ مِّنۡ أَلۡفِ شَهۡرٖ ٣ تَنَزَّلُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذۡنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمۡرٖ ٤ سَلَٰمٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطۡلَعِ ٱلۡفَجۡرِ  [القدْر: 1، 5]

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”  [Al-Qadar/97:1-5]

2. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ‘Ia berkata :

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله- صلى الله عليه وسلم-: «إذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الجَنَّةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ. متفق عليه

‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Apabila telah tiba bulan Ramadhan, dibukalah pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka, dan syetan-syetan dibelenggu.’ Muttafaqun ‘alaih.[1]

Keutamaan Puasa.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata.

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله- صلى الله عليه وسلم-: «كُلُّ عَمَلِ ابنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ، قَالَ الله عَزَّ وَجَلَّ: إلَّا الصَّومَ، فَإنَّهُ لِي، وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي، لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِه، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ، وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ الله مِنْ رِيحِ المِسْكِ». متفق عليه.

‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Setiap amal ibadah anak Adam Alaihissallam (manusia) dilipat gandakan. Satu kebaikan berlipat sepuluh hingga tujuh ratus kali. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Kecuali puasa, ia adalah milikku dan Aku yang akan membalasnya. Ia meninggalkan nafsu syahwat dan makanannya karena aku. Bagi yang berpuasa ada dua kebahagiaan: bahagia saat berbuka dan gembira saat bertemu Rabb-nya. Sungguh bau mulutnya lebih wangi di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dari pada aroma minyak kesturi.’ Muttafaqun ‘alaih.[2]

2. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata :

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله- صلى الله عليه وسلم-: «مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ». متفق عليه.

‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, niscaya diampuni dosanya yang terdahulu.’ Muttafaqun ‘alaih.[3]

3. Dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu anhu, ia berkata :

عن سهل بن سعد رضي الله عنه عن النبي- صلى الله عليه وسلم- قال: «فِي الجَنَّةِ ثَمَانِيَةُ أَبْوَابٍ، فِيهَا بَابٌ يُسَمَّى الرَّيَّان، لا يَدْخُلُهُ إلَّا الصَّائِمُونَ». متفق عليه.

‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Di surga ada delapan pintu, padanya ada satu pintu yang bernama ar-Rayyan, tidak bisa memasukinya selain orang-orang yang berpuasa.’ Muttafaqun ‘alaih.[4]

[Disalin dari مختصر الفقه الإسلامي   (Ringkasan Fiqih Islam Bab : Ibadah  العبادات ) Penulis : Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri  Penerjemah Team Indonesia islamhouse.com : Eko Haryanto Abu Ziyad dan Mohammad Latif Lc. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2012 – 1433]
_______
Footnote
[1] HR. al-Bukhari no. 3277 dan Muslim no. 1079, ini adalah lafazhnya.
[2] HR. al-Bukhari no. 1894 dan Muslim no. 1151, ini adalah lafazhnya.
[3] HR. al-Bukhari no. 1901 dan Muslim no. 760
[4] HR. al-Bukhari no. 3257, ini adalah lafazhnya dan Muslim no. 1152.


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/84349-pengertian-puasa-hukum-dan-keutamaannya.html